Kamis, 19 Agustus 2010

tak pernah mengerti

sungguh aku manusia sejati namun tak pernah jadi manusia sejati karena aku ada di gunung namun tak seperti di gunung aku di lautpun tak pernah seperti di laut apakah aku ini manusia sejati? yang lain berjalan akupun berjalan namun ... jalanku ada dimana ? dengan tujuan apa ? apa yang kudapat tak seperti apa yang di dapat orang lain tak pernah aku mengerti apakah maksud semua ini malam datang , aku tidur waktu aku sudah tdk bisa melihat lagi siang menjelang ,saat aku mendengar panggilan sujud malam siang malam siang turus bergulir samapi pada saat aku terdiam bertasbih menghadapNYA namaun aku bertanya mengapa tetap seperti ini? pernah aku coba siang kujadikan malam ternyata aku tidak bisa malampun aku coba jadikan siang itupun tak bisa

Jumat, 06 Agustus 2010

SASIRANGAN

A. Latar belakang kain sasirangan. Zaman dulu ,kain sasirangan masih bernama kain Pamintan. Istilah dari parmintaan(permintaan),maksudnya selembar kain putih yang diberi warna dengan motif tertentu atas permintaan seseorang yang berobat kepada seseorang pengrajin kain pamintan dengan harapan penyakitnya cepat sembuh dan dilindungi dari gangguan gangguan alam sebelah. Kain Pamintan ini berfungsi sebagai sarana pengobatan alternative yang bersifat non medis dan digunakan secara berkala atas petunjuk seseorang yang dianggap bisa “batatamba” ( pengobatan ). Adanya kain pamintan yang diperkirakan dikenal di Kalimantan Selatan sejak sekitar abad ke XVI.Tidak semua orang bisa menjadi pengrajin kain pamintan karena bersifat keturunan sehingga tidak mudah menularkan ketrampilan ini pada sembarang orang.Dalam pembuatan kain pamintan juga harus mengadakan upacara selamatan sesajian berupa kue khas banjar seperti nasi habang,kukulih dengan air gula habang,pisang mahuli,kopi manis,kopi pahit ,perapian dupa yang berbau harum, setelah dibacakan do’a selamat , sesajian dan kue-kue bisa dimakan bersama, kemudian dimulailah merancang pengolahan kain pamintan. Perkembangan zaman sangat berpengaruh sekali ,dengan kemajuan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta agama, merubah pola pikir masyarakat banjar untuk tidak berobat pakai kain pamintan.Pengrajin kemudian berfungsi ganda yaitu menentukan terapi penyakit, sekaligus sebagai pengrajin pembuat kain pamintan. Kain khas banjar sekarang lebih dikenal dengan istilah “Kain Sasirangan” yang diupayakan pelestariaannya dalam bidang budaya , bahkan merambah kebidang bisnis.hal ini tak lepas dari pemerintah dan pemegang modal sebagai mitra wira usaha para pengrajin,sehingga bermunculan pengusaha pengrajin kain sasirangan di Banjarmasin dan martapura sebagai industry rumah tangga. B. SARANA DAN PERALATAN UNTUK MEMBUAT KAIN SASIRANGAN Proses pembuatan kain sasirangan memerlukan peralatan sebagai berikut ; 1. Meja tulis untuk tempat melukis motif dengan ukuran 100 cm x 60 cm. 2. Gunting ,untuk memotong kain sasirangan 3. Pensil ataupun crayon 4. Jarum tangan 5. Benang warna putih yang kuat. 6. Bubuk pewarna, merah, hijau, hitam, kuning, biru, jingga, merah muda, hijau muda, biru muda dan lain-lain 7. Sarung tangan karet yang panjang sampai ke siku si pengrajin.alat ini diperlukan pada saat pekerjaan member i warna dalam proses pewarnaan kain yang telah dijelujur /dijahit motifnya atau gambarnya 8. Sabun biasa yang dipergunakan untuk mencuci tangan setelah mewarnai kain. 9. Baskom plastic beberapa buah dengan ukuran garis tengah 40 cm.Baskom sebagai tempat cairan zat pewarna. Zaman dulu sebelum adanya baskom plastik dipergunakan gadur, yaitu bahan keramik dari tanah liat. 10. Wancuh atau potongan kayu dengan ukuran sekitar 20 cm x 5 x 1 , untuk keperluan mengaduk bubuk dengan air panas dalam baskom. 11. Balok rentang tempat kain yang telah selesai di beri warna . 12. Tikar Purun diperlukan beberapa lembar untuk menggelar kain yang telah diberi warna dan untuk melepas benang benang jahitan 13. Tempat gantungan yang terdiri dari kawat atau tali plastik untuk dadaian atau lalaran atau menjemur kain yang selesai diwarna dan dilepas benang-benangnya. 14. Setrika untuk merapikan kain sasirangan supaya tidak kusut. C. PROSES PEMBUATAN KAIN SASIRANGAN Pembuatan kain sasirangan pada dasarnya tidak sulit namun juga harus memiliki kemampuan jiwa seni, dan trampil serta kesungguhan, ketelitian dan kecermatan untuk menghasilkan selembar kain sasirangan yang bermtu dan sempurna.Sesuatu yang harus perlu diingat adalah runtutan proses pembuatan kain sasirangan harus diketahui oleh para pengrajin sebab jika tidak memenuhi runtutan yang telah biasa dilakukan maka hasil dari kain sasirangan kuran baik dan kurang maksimal. Runtutan pembuatan kain sasirangan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Melukis atau menggambar. Seperti halnya kain kain Batik lainnya yang ada di Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur ,Sumatra, Sulawesi,Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, sasirangan yang berkembang di Kalimantan Selatan ini Khususnya di Banjarbaru dan Martapura, mula-mula kain yang akan dijadikan kain sasirangan di lukis dengan motif yang diinginkan oleh pengrajin sesuai dengan pengalaman ketrampilan atau motif-motif baru yang telah berkembang sesui dengan kemajuan kain sasirangan.Kain yang telalah siap di beri motif dengan ukuran bervariasi sesuai pesanan dan keinginan ( 2 meter atau 3 meter ).Ada dua cara melukis atau member I motif yaitu; a. Melukis dengan langsung dan bebas sesuai dengan lukisan yang diingankan. b. Melukis dengan menggunakan pola yang telah tersedia , motif-motifnya maupun pewarnaannya, disini terlihat bahwa tidak perlu lagi kreasi karena terikat pada pola yang telah ada.Tujuannya adalah untuk menghasilkan kain sasirangan yang seragam motifnya dan lebih banyak jumlah. 2. Menjahit atau menjelujur. Proses berikutnya setelah melukis adalah menjahit, dengan cara mengikuti motif yang telah digambarkan.Terkadang jahitannya hanya ikatan benang-benang yang dililitkan pada kain.Setelah selesai dijahit ataupun dililitkan kemudian benang tersebut ditarik kuat-kuat sampai kain mengkerut. 3. Memberi Warna Ember yang telah disediakan ditaburi bubuk warna . Bubuk warna tersebut dicampurkan dengan air sampai merata, kemudian mencelupkan kain yang telah dijahit dan jangan lupa tangan harus memakai sarung tangan dari karet sampai kesiku-siku.Dalam proses mencelupkan , harus diaduk bolak balik,diremas beulang-ulang sampai merata, biasanya mencelup dan membolak-balik memerlukan waktu minimal 10 menit, inipun tergantung banyaknya kain yang dicelupkan, semakin banyak yang dicelupkan semakin lama waktu yang diperlukan untuk meratakan pemberian warna tersebut.Selesai memberi warna , kain diangkat di tempatkan pada balok rentang guna ditiriskan ,namun tidak dijemur langsung kena sinar matahari kurang lebih 30 menit. Pewarnaan atau perendaman bisa dilakukan berkali kali sesuai dengan jumlah warna pada motif, apabila warna motif ada 3 maka proses perendaman atau pewarnaan tiga kali dan tiga kali pentiisan. 4. Melepas Benang. Proses perendaman seslesai dan kain sudah kering, maka proses selanjutnya melepaskan jahitan-jahitan atau ikatan-ikatan di atas tikar purun yang digelar dan akan tampaklah hasilnya.bila ada hasil warna yang kuran sempurna maka dilakukan pewarnaan ulang pada hasil pewarnaan yang kurang sempurna tersebut dengan hati -hati , atau meberi warna tambahan lain yang pekerjaan ini dinamakan mencacak, yaitu dengan menggunakan kapas yang diikatkan pada sebatang bilah seperti pensil. 5. Pengawetan Warna Setelah benang dilepas dan hasilnya sempurna maka proses berikutnya adalah pencelupan ke dalam larutan pengawet warna selama beberapa menit,maksudnya supaya warna tidak cepat kusam dan berkualitas lebih baik.Kemudian ditiriskan sampai setengah kering. 6. Dicuci Kain yang setengah kering tersebut kemudian dicuci dengan maksud supaya warna dari pewarnaan terlihat lebih bersih,kemudian dikeringkan lagi ditempat yang teduh yang sinar matahari tidak langsung. 7. Disetrika Apabila kain benar-benar sudah kering kemudian disetrika agar kain lebih rapi dan licin . Maka selesailah proses pembuatan kain sasirangan khas Banjarmasin Kalimantan Selatan . D. KAIN SASIRANGAN MEMPUNYAI MASA DEPAN. Aspek budaya daerah yang berkenaan dengan busana khas daerah ,masing-masing daerah memiliki nilai budaya dan keragaman kultur. Dan tiap-tiap kultur daerah yang khas akan membanggakan daerah tersebut,hal ini misalnya kain sasirangan akan memberikan kontribusi pada daerah pada umumnya Banjarmasin. Memang kain sasirangan perkembangannya tidak seperti Batik Jawa atau batik-batik lainnya yang usahanya lebih maju, modal besar,promosi sudah sampai keluar negeri bahkan factor dukungan dari pihak yang terkait sangat berperan aktif untuk memajukan cirri khas budaya daerahnya. Dengan kondisi yang ada inilah maka kain sasirangan akan mendapat tantangan dan berhadapan dengan berbagai masalah di masa depan. Harapan besar kain sasirangan tentulah dapat besaing sama dengan produk budaya khas lainnya dan berharap pada kebijakan pemerintah untuk menggalakkan dan memberi warna pada aspek ekonomi dan budaya, serta pada masyarakat Banjar ,cintailah produk asli yang merupakan ciri khas Banjar agar dapat mendarah daging dan meng-akar pinang di hati masyarakat Banjar. Dapat digambarkan bahwa kain sasirangan di masa depan akan menghadapi masalah kualitas dan kwantitas; di daerah lain kualitas bahan dan warna sudah lebih mapan dibandingkan dengan kain sasirangan,bahkan kwantitas motif batik daerah lain sudah banyak sedang di daerah banjar kain sasirangan masin monoton pada motif-motif yang ada , untuk itu perlu kreasi- kreasi baru untuk menyaingi aspek mutu dan aspek banyaknya motif ini. mutu dari bahan baku yang akan di buat (kain sasirangan ) juga perlu diperhatikan, serta proses pembuatan kain sasirangan harus lebih baik, artinya bahwa para pengrajin setidaknya memiliki bekal kemampuan yang lebih tinggi( Pendidikan,Pengalaman dan sebagai administrator ), dalam hal ini juga pemasaran tidak hanya di daerah namun harus popular di daerah lain secara nasional bahkan pemasaran internasional. Permasalahan di atas perlu diselesaikan dengan bijak dan cermat namun itu tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan,namun semua maslah pasti bisa diatasi selagi ada kemauan dari berbagai pihak untuk menyelesaikannya. 1. Pemerintah daerah hendaklah memberi warna kebijakan yang memihak kepada para pengrajin sehingga akan meningkatkan taraf ekonomi dan menambah devisa Negara. 2. Pemerintah bersama-sama Masyarakat harus mencintai ,melestarikan, serta meneruskan dan menurunkan kepada para pemuda pemudi penerus bangsa bahwa kain sasirangan merupakan ciri khas budaya Banjar atau local genius yang perlu dilestarikan peninggalan budaya ini. 3. Jangan lupa mencintai, melestarikan serta meneruskan tersebut harus dibaringi dengan perbuatan yaitu memakai kain sasirangan di hari-hari tertentu,missal di hari pernikahan,acara adat istiadat , hari-hari bekerja, hari sekolah paling tidak dua hari sekolah ataupun kerja,bahkan wakil - wakil ,duta-duta dari Kalimantan selatan yang berkiprah di Nasional maupun Internasional . 4. Pemerintah bersama lembaga terkait lainya sebagai mitra usaha memberi bantuan modal dalam bentuk kredit lunak dengan kemudahan-kemudahan bagi pengrajin agar memperbesar usaha produksi. 5. Motif baru, dan kreasi baru, penemuan baru diharapkan tidak mengarah pada mekanisme indutri yang akan menghilangkan cirri khas tradisional daerah Banjar. LAMPIRAN-LAMPIRAN. PROSES PELEPASAN BENANG-BENANG ( Gambar 1. )